Tahun 2021, Direktorat Jenderal (Ditjen) Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan penanaman ulang (replanting) perkebunan karet rakyat seluas 1.100 hektar. Hal tersebut guna meningkatkan produktivitas karet.
Ditjen Perkebunan mencatat 168.000 ha kebun karet rakyat perlu dilakukan peremajaan. Saat ini luas arael tanaman karet sekitar 3,6 juta ha dengan prduksi 3,7 juta ton. Sedangkan produksi karet nasional pada 2020 sebesar 2,884 juta ton.
Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Perkebunan saat ini mendorong peremajaan tanaman perkebunan melalui program BUN 500. Namun dalam proses peremajaan tersebut dapat dilakukan secara bertahap.
Artinya, petani/pekebun tidak meremajakan tanaman kebunnya 100%. Artinya, tanaman yang diremajakan hanya 60% dari luas total lahan. Sedangkan 40% lahan bisa dimanfaatkan untuk tanaman sela, seperti jagung dan kacang-kacangan.
Model tumpangsari karet partisipatif berkelanjutan merupakan salah satu strategi yang dapat dilakukan oleh petani agar dapat bertahan dalam kondisi harga karet rendah saat saat ini.
Model tumpangsari karet partisipatif merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan produktivitas usahatani karet rakyat melalui inisiasi dan partisipasi petani serta layak secara finansial. Model ini dapat meningkatkan pendapatan petani, produktivitas lahan dan dan produktivitas karet..
Diperlukan modifikasi jarak tanam karet melalui jarak tanam ganda sehingga dapat mengembangkan model ini dalam jangka panjang. Kendala sosial dan ekonomi dapat diatasi melalui model tumpangsari karet partisipatif dan didukung oleh kebijakan pemerintah dan kelembagaan partisipatif yang kuat.
Selain menambah penghasilan, tumpangsari dapat berfungsi sebagai konservasi tanah. Penyerapan air melalui perakaran tanaman akan meningkat, sehingga aliran permukaan berkurang dan erosi tanah dapat diminimalkan.
Berkat tumpangsari tersebut, tanaman pokok karet pun lebih tahan kekeringan. Alhasil, produktivitas lahan akan meningkat dan pendapatan petani juga meningkat.